BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adapun latar belakang penulis dalam mengerjakan
makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang mengapa manusia perlu
untuk dididik khususnya untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan. Selain itu
makalah ini dibuat sebagai wadah untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai
perlunya pendidikan secara menyeluruh.
1.2
Maksud dan Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
a.
Melatih mahasiswa mengembangkan bahan ajar melalui
karya tulis.
b.
Mendidik mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak
tentang materi yang
dijelaskan.
c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan materi mengapa
manusia perlu dididik
secara menyeluruh dengan cermat
.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah
yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.
Mengapa manusia perlu dididik ?
2.
Apa saja batas-batas kemungkinan
pendidikan ?
3.
Bagaimana hasil dari Pendidikan tersebut
?
BAB II
ISI
2.1 Mengapa Manusia Perlu
Dididik ?
Bertolah dari aliran
konvergensi inilah saya mencoba menganalisa dan memberi jawab mengapa manusia
perlu mendapatkan pendidikan dan mengapa manusia harus dapat mendidik ?
Seperti telah diuraikan
diatas bahwa pada hakekatnya manusia itu adalah animal educable (binatang yang
dapat dididik), animal educandum (binatang yang harus dididik) dan homo
educandus( makhluk yang dapat mendidik). Dari hakekat ini jelas bahwa
pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Oleh karena itu mengapa
manusia perlu dididik maka dapat ditinjau dari berbagai aspek.[1]
Pada waktu kehidupan
permulaan (bayi/anak-anak), mula-mula yang paling berperan adalah dari segi
fisik, kemudian secara berangsur-angsur segi rohani berganti memegang peranan
penting. Perkembang fisik individu ditentukan oleh dua faktor yaitu maturation (kematangan) dan learning (belajar).
Seorang anak akan dapat
berjalan jika memiliki tulang-tulang kaki dan otot yang cukup kuat disertai
dorongan untuk berjalan adalah faktor kematangan. Tetapi kematangan itu sendiri
belum cukup untuk memiliki kemampuan untuk berjalan, ia harus belajar terus dan
dibantu oleh orang lain.
Ditinjau dari sisi lain
hakekat manusia adalah sebagai makhluk individu dan sosial, terdiri dari unsur
jiwa dan raga yang diciptakan oleh Tuhan lewat hubungan orang tua untuk hiduh
bersama secara sah lewat pernikahan, karena itu secara kodrat orang tua harus
mendidik anak-anaknya secara bertanggung jawab.[2]
Orang tua tidak cukup
hanya memberikan makan minum pakaian kepada anaknya, tetapi harus berusaha
bagaimana agar anaknya menjadi pandai, bahagia dan berguna bagi masyarakat,
bangsa dan negara.
Pada hakekatnya
usaha-usaha yang dlakukan dalam pendidikan memang tertuju pada masalah
keseimbangan, keselarasan, keserasian perkembangan kepribadian dan kemampuan
manusia. Emmanuel Kant mengatakan bahwa “ manusia hanya dapat menjadi
manusia karena pendidikan”.
Prof. Dr. N. Driyarkoro
memberi istilah “hominisasi ke humanisasi“ (memanusiakan manusia).
Jadi jika manusia itu tidak dididik maka tidak akan menjadi manusia yang
sebenarnya.
Perkembangan manusia
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi semua potensi yang
dibawa sejak lahir, potensi ini tetap terpendam apabila tidak dikembangkan
melalui pendidikan, ini pun juga tergantung dari kemauan (aktivitet). Jadi
pendidikan fungsinya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Faktor
dari luar yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia yaitu lingkungan alam. Artinya lingkungan anak dengan anak,
anak dengan orang dewasa, orang dewasa dengan orang dewasa yang saling
berinteraksi. Lingkungan budaya berupa sopan santun, TV dan majalah. Serta
lingkungan alam secara geografisnya, namun karena perkembangan iptek pengaruh
lingkungan alam dapat diatasi.[3]
2.2
Batas-batas Kemungkinan Pendidikan
Dalam menentukan batas batas pendidikan manusia akan mengalami persoalan,
mereka akan menemui beberapa pertanyaan tentang kapan pendidikan
dimulai dan bila mana pendidikan akan berakhirDan juga pernah kita temukan satu
istilah dalam bahasa inggris yang menyatakan : "Long Live Education” yang
artinya “Pendidikan Seumur Hidup”.
Dari pernyataan pernyatan tersebut tergambarkan
jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan
berlangsung terus sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima
pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan menusia akan mendapatkan pendidikan dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. [4]
1. Kapan pendidikan itu dimulai ?
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni diperlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.
Dari segi psikologis usia 3 – 4 tahun dikenal
sebagai masa berkembang atau masa krisis, dari segi pendidikan justru pada masa
itu terbuka peluang ketidak patuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk
menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka
penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuh
kembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan pendidikan.
2. Bilamana pendidikan itu berakhir ?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya.
Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati-hatian
kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses
pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir
bersifat prinsipel dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri
sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai
pandangan hidupnya.
Pada kondisi yang disebutkan di atas pendidikan
sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri,
tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap
menerima ajaran dalam bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupanya,
bantuan pendidikan yang demikian itu disebut pembentukan manusia dewasa.
Adapun secara umum yang disebut
manusia dewasa adalah :
1. Manusia mandiri
Dapat hidup sendiri, mengambil keputusan
sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
2. Manusia yang bertanggung jawab
Manusia
yang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
dan
dapat dimintai pertanggung jawaban dari perbuatannya.
3. Manusia yang mampu memahami dan melakukan norma serta moral dalam kehidupan
Maka dari itu, manusia dewasa akan lebih dapat
mendidik dirinya sendiri dibandingkan orang lain, namun dalam keadaan tertentu
manusia dewasa juga akan membutuhkan didikan dari orang lain.
2.3
Hasil
Pendidikan
Hasil Pendidikan berupa perubahan sikap
dan tingkah laku. Contohnya, penambahan keterampilan, pengetahuan, cara
bersosialisasi, menerapkan aturan, tata karma dan nilai-nilai. [5]
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari seluruh uraian pada bab pembahasan, penulis
dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Manusia harus dididik, karena manusia lahir
dalam keadaan tak berdaya, lahir tidak langsung dewasa dan merupakan makhluk social
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain.
2. Manusia dapat di didik karena manusia dapat memiliki, memperbaiki dan mengembangkan hati nurani, perasaan, nilai-nilai atau norma susila yang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain. Pendidikan akan di alami manusia seumur hidup, namun batas batas nyata kemungkinan pendidikan pada manusia dimulai sejak manusia tersebut memiliki kesiapan dalam berinteraksi edukatif hingga mencapai kedewasaan yang dilalui dengan proses kematangan.
Manusia adalah subjek
pendidikan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia
(dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan secara moral,
berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka.
Sebagai objek pendidikan, manusia
(anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan pendidikan yang pada
hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama seperti manusia dewasa namun karena
kodratnya belum berkembang. [6]
Dalam realita sekarang ini banyak anak didik yang
moralnya buruk, seperti tawuran, memakai narkoba, dll. Untuk itu pendidikan
agama harus ditingkatkan, baik itu di keluarga, sekolah, maupun lingkungan
masyarakat. Dengan ditanamkannya ajaran tentang agama sejak dini sehingga anak
didik akan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Betapa pentingnya
pendidikan agama bagi warga negara Indonesia , terbukti dari peraturan
pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama diberikan sejak anak itu
bersekolah di TK sampai perguruan tinggi.
Berdasarkan hakekat
manusia dan hakekat pendidikan, kiranya cukup jelas dalam memberikan alasan
mengapa manusia perlu dididik, pendidikan harus dapat mengembangkan semua
potensi yang ada pada manusia. Baik perkembangan cipta, rasa, karsa,
keterampilan, jasmani dan rohani, moral maupun ke Tuhanan dan didukung oleh
lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan si anak menuju kedewasaannya.
[1] Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B. 1993. Dasar-dasar
pendidikan, Semarang : Effhar Publishing.
[3] Hidayanto, D.N. 2007. Pemikiran pendidikan dari
filsafat ke ruang kelas . Jakarta : Transwacana.
[4] (Daradjat, 2000:48 )
[5] Melianie, S.M, Dra, M. Pd. 2009. Pengantar Ilmu
Pendidikan, Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
[6] (Sadullah, 2001:80).
0 komentar:
Posting Komentar